AS Manfaatkan FMM G20 di Bali untuk Mengutuk Agresi Rusia, Putin Meradang
Sesaat sebelum invasi Rusia 24 Februari ke Ukraina, Beijing dan Moskow mengumumkan kemitraan tanpa batas.
Namun, para pejabat AS mengatakan belum melihat China menghindari sanksi keras yang dipimpin AS terhadap Rusia atau memberi peralatan militer ke Rusia.
Dalam pertemuan Menlu G20 di Bali, Menlu Rusia Sergei Lavrov memilih keluar lebih awal dan mencela Barat karena telah melontarkan kritik yang hiruk pikuk.
Setelah pertemuan Menlu G20 di Bali, Jumat (8/7), Presiden Rusia Vladimir Putin mengisyaratkan bahwa Kremlin tidak berminat untuk berkompromi.
Putin justru mengatakan sanksi terhadap Rusia berisiko menyebabkan kenaikan harga energi yang menyengsarakan.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan pada Sabtu bahwa sanksi-sanksi berhasil, dan menggemakan seruan agar Barat lebih banyak mengirimkan senjata presisi tinggi.
"Rakyat Rusia mati-matian berusaha mencabut sanksi yang membuktikan bahwa sanksi itu menyakiti mereka.
Oleh karena itu, sanksi harus ditingkatkan sampai Putin membatalkan rencana agresifnya atau kehilangan sumber daya untuk memenuhi atau mengeksekusi rencana itu," kata Menlu Dmytro Kuleba.
Amerika Serikat memanfaatkan Pertemuan Menlu G20 alias FMM G20 di Bali untuk mengutuk agresi Rusia ke Ukraina, Presiden Putin meradang
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News