Pastika Ingatkan Bahaya Politik Identitas Jelang Pemilu 2024, NKRI Jadi Taruhan
"Saya pernah empat tahun jadi pembantu rumah tangga di negeri orang (di Palembang).
Saya baru merasakan tidur di kasur setelah menempuh pendidikan di AKABRI," ujar mantan Kepala BNN ini.
Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan ini turut menghadirkan dua narasumber, yakni pemerhati sosial politik Dr Putu Suasta dan akademisi Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Dr I Gede Sutarya.
Pemerhati sosial politik Dr Putu Suasta mengatakan saat ini politik identitas tidak saja menyangkut suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), tetapi juga soal kemiskinan serta kebodohan, dan itu terjadi di Bali.
"Adu domba menggunakan identitas kemiskinan dan kebodohan ini menjadi bahaya paling berat dibandingkan politik identitas yang lain," ucap Putu Suasta.
Mantan Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat itu mengatakan negara atau pemerintah harus hadir untuk melakukan pembelaan.
"Pemerintah harus hadir, tokoh-tokoh harus hadir, yang memiliki intelektual mesti membantu," ujar Suasta.
Dr I Gede Sutarya menambahkan politik identitas di Bali juga terkait dengan perkembangan pariwisata karena kecenderungan pengusaha mencari yang tenaga kerja yang murah dan itu diisi oleh tenaga kerja dari luar.
Anggota DPD RI dapil Bali Made Mangku Pastika mengingatkan bahaya politik identitas jelang Pemilu 2024, NKRI Jadi Taruhan
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News