NTB Surplus Pangan, Tetapi Petani Tetap Susah, Ternyata Ini Penyebabnya
bali.jpnn.com, JAKARTA - Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dinyatakan mengalami surplus pangan.
Hanya saja, hasil tersebut tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan petani.
Demikian terungkap saat Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel menerima kunjungan bupati dan wakil bupati dari Dompu, Sumbawa Barat, Lombok Timur, dan Lombok Barat, yang didamping Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah pada 3 Februari 2022 .
Untuk itu, pihaknya mengajak para kepala di NTB untuk membangun ekosistem industri pangan agar produksi pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan di provinsi itu memberi nilai tambah bagi petani, nelayan, dan peternak.
"Ini penting untuk memberikan nilai tambah, menjaga keberlanjutan, dan memberikan kesejahteraan kepada para petani, pengrajin, peternak, dan nelayan,” kata Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) itu melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (5/2).
NTB memiliki surplus pangan yaitu beras, bawang putih, bawang merah, cabe, dan daging sapi.
Namun surplus itu tak diimbangi dengan kesejahteraan petani karena kualitas produk yang tak selalu memenuhi standar maupun faktor harga yang jatuh saat musim panen.
“Jadi penduduk kami miskin, tapi makanannya paling mahal di dunia. Ini terjadi di desa penghasil lobster. Mereka rutin makan lobster, saking banyaknya produksi lobster,” kata Wakil Bupati Lombok Timur, Rumaksi SJ.
NTB sebenarnya mengalami surplus pangan, tetapi pada kenyataannya keadaan petani tetap susah, ternyata ini penyebabnya
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News