Akademisi Unwar: Seruan Penggunaan Tumbler Jangan Sampai Blunder

Kurangnya infrastruktur untuk mendukung penggunaan tumbler, seperti fasilitas pengisian air bersih di tempat umum, juga menjadi bahan kritikannya.
“Tanpa akses yang memadai, masyarakat akan merasa kesulitan untuk menggunakan tumbler, mengurangi motivasi mereka untuk berpartisipasi dalam inisiatif ramah lingkungan,” ucapnya.
Menurut I Nengah Muliarta. tanpa infrastruktur yang mendukung, kebijakan ini berisiko menjadi simbolisme semata.
Artinya, meskipun ada dorongan untuk menggunakan tumbler, tanpa adanya langkah konkret dalam bentuk penyediaan fasilitas pengisian air, kebijakan ini dapat dipandang sebagai tindakan yang tidak lebih dari sekadar retorika.
Nengah Muliarta mengatakan, penting bagi pemerintah menetapkan pedoman harga yang jelas untuk pengisian air serta menciptakan kolaborasi antara pemerintah dan produsen air kemasan.
“Langkah-langkah ini diharapkan membuat kebijakan penggunaan tumbler dapat diimplementasikan secara efektif, berkontribusi pada upaya menjaga lingkungan yang lebih bersih,” tuturnya.
Kolaborasi itu mencakup pengembangan produk baru yang ramah lingkungan.
Produsen air kemasan dapat berinvestasi dalam kemasan yang dapat didaur ulang atau biodegradable, serta mempromosikan penggunaan tumbler.
Nengah Muliarta menyoroti banyaknya produk tumbler yang masih terbuat dari plastik, bertentangan dengan tujuan mengurangi sampah plastik.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News