Pembalakan di Alas Mertajati Marak, Masyarakat Adat Dalem Tamblingan Tuntut Jadi Hutan Adat
bali.jpnn.com, BULELENG - Kehadiran BEM Fakultas Hukum Universitas Udayana (FH Unud) ke Buleleng, Minggu lalu (5/6) jadi ajang curahan hati (curhat) warga setempat.
Masyarakat Adat Dalem Tamblingan (MADT) yang hadir dalam Sosialisasi Hukum dan Desa Binaan BEM FH Unud mengadukan nasib Hutan Mertajati, Buleleng.
Kawasan hutan yang berada di Kecamatan Banjar dan Busungbiu, Buleleng itu dikabarkan terus menjadi lokasi pembalakan liar.
Akibatnya, terjadi penurunan kualitas yang sangat signifikan pada ekosistem Alas Mertajati selama dikelola oleh negara.
“Kami meminta hak kami kembali agar Alas Mertajati menjadi Hutan Adat," pinta Ketua Tim 9 MADT Jero Putu Ardana yang didapuk jadi pembicara pada sosialisasi hukum BEM FH Unud tersebut.
Jero Putu Ardana menuturkan semula masyarakat setempat tak keberatan dengan kehadiran negara sebagai pengelola Hutan Mertajati.
"Namun, kami melihat penurunan kualitas yang sangat signifikan di Hutan Mertajati yang kami sucikan, contohnya seperti pembalakan secara brutal," serunya.
Selain itu, Jero Putu Ardana mengatakan sudah ada perbedaan desain pengelolaan Hutan Mertajati antara pemerintah dan masyarakat adat.
Pembalakan liar di Alas Mertajati marak, Masyarakat Adat Dalem Tamblingan menuntut kepada pemerintah pusat dan Pemprov Bali jadi hutan adat
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News