Siap-siap Patah Hati, Pembalap MotoGP Akan “Dijodohkan” dengan Putri Mandalika
Pemerintah daerah terus berupaya menciptakan suasana yang nyaman khususnya di destinasi wisata.
Bentangan pantai yang indah didukung juga dengan tradisi masyarakat yang masih kental menjadi daya tarik wisatawan yang datang ke daerah yang dijuluki Gumi Tatas Tuhu Trasna ini.
"Menjelang MotoGP ada tradisi Bau Nyale," katanya.
Kesempatan itu sebagai wujud memelihara atraksi budaya yang sudah menjadi peninggalan leluhur masyarakat Sasak Lombok.
Bau nyale, sebuah tradisi suku terbesar di Lombok, pulau seluas 4.725 kilometer persegi dengan garis pantai sepanjang 1.364 kilometer dan menjadi bagian penting dari Provinsi Nusa Tenggara Barat.
"Dalam bahasa Sasak, “bau” artinya menangkap dan “nyale” adalah cacing laut. Bau nyale adalah aktivitas masyarakat untuk menangkap cacing laut yang dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan tradisional Sasak (pranata mangsa) atau tepat 5 hari setelah bulan purnama. Umumnya, antara bulan Februari dan Maret setiap tahunnya," kata Lendek.
Masyarakat setempat percaya “nyale” adalah jelmaan Putri Mandalika, anak pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting dari Kerajaan Tonjang Beru dalam hikayat kuno Sasak.
Putri Mandalika diceritakan sebagai sosok cantik yang diperebutkan oleh banyak pangeran dari berbagai kerajaan di Lombok seperti Kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan Beru.
Siap-siap patah hati wahai kaum hawa, pembalap MotoGP akan “dijodohkan” dengan Putri Mandalika
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News