Tokoh Hindu dan Muslim Loloan Jembrana Bertemu Pasca-Insiden Nyepi, Ini Hasilnya

Diketahui saat Hari Suci Nyepi yang semestinya seluruh masyarakat Bali tidak beraktivitas di luar rumah selama 24 jam justru di Loloan Jembrana terjadi sebaliknya.
Pelanggaran Nyepi itu viral di media sosial yang menunjukkan masyarakat Loloan beraktivitas seperti biasa di luar rumah.
Mereka bahkan bersepeda, berkendara motor, hingga berjualan.
Warga Muslim di Loloan sendiri merupakan warga asli Bugis.
Menurut Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan, warga Loloan adalah penduduk yang telah lama menetap di Jembrana sejak ratusan tahun lalu, bukan pendatang dari Jawa.
Bendesa Adat Lokasari Kelurahan Loloan Timur I Nengah Mahadiarta mengatakan pelaksanaan hari raya Nyepi di wilayahnya sangat membutuhkan toleransi dengan sikap saling menghormati kepercayaan masing-masing.
"Kami ke depan kami akan berusaha menjaga lebih ketat lagi apa yang menjadi harapan kita bersama, di mana keamanan dan ketertiban dalam rangkaian hari Nyepi ini bisa kami laksanakan dengan komunikasi yang erat,” kata Nengah Mahadiarta.
Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan untuk
Tokoh Muslim dan Hindu Loloan, Jembrana, Bali, akhirnya bertemu dan saling bersilaturahmi seusai insiden pelanggaran Catur Brata Penyepian, 29 Maret 2025 lalu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News