Risiko Inflasi Awal 2025 di Bali Jadi Perhatian Bank Indonesia, ternyata
bali.jpnn.com, DENPASAR - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali mewaspadai potensi risiko inflasi pada awal 2025 karena didorong peningkatan permintaan menjelang libur panjang pada akhir Januari.
Selain karena faktor permintaan, risiko inflasi diperkirakan berlanjut karena kenaikan harga komoditas hortikultura lantaran musim panen yang berakhir serta pengaruh cuaca.
Kepala Kantor Perwakilan BI Bali Erwin Soeriadimadja mengatakan berlanjutnya kenaikan harga emas perhiasan dan kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO), juga perlu dicermati karena berisiko mendorong inflasi mendatang.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan dapat memperlambat peningkatan inflasi di antaranya perluasan areal tanam padi di Bali, penguatan pasokan beras, hingga kebijakan diskon tarif listrik.
“Kami terus memperkuat sinergi dan inovasi bersama seluruh kabupaten/kota dalam pengendalian inflasi berkesinambungan ini,” kata Erwin Soeriadimadja dilansir dari Antara.
Menurut Erwin, cara lain pengendalian inflasi, melalui upaya 4K, yakni keterjangkauan harga, misalnya melalui pasar murah.
Kemudian ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif mengantisipasi risiko peningkatan inflasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, inflasi pada Desember 2024 sebesar 0,31 persen atau lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 0,50 persen.
Baik Indonesia mewaspadai potensi risiko inflasi pada awal 2025 karena didorong peningkatan permintaan menjelang libur panjang pada akhir Januari
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News