DTW Jatiluwih Berubah, Status Warisan Budaya Unesco Terancam, Cok Ace Angkat Bicara
bali.jpnn.com, DENPASAR - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Tjokorda Oka Artha Sukawati alias Cok Ace mengatakan masyarakat Desa Jatiluwih, Penebel, Tabanan, perlu memahami pentingnya status Warisan Budaya tak Benda yang diberikan UNESCO pada 2012 silam.
Bukan hanya dari segi daya tarik pariwisata, tetapi juga potensi akses pada lembaga internasional untuk mendukung pelestarian budaya lokal.
Hal itu dilontarkan Cok Ace – sapaan akrabnya - seiring perkembangan pesat sektor pariwisata di kawasan DTW Jatiluwih.
Kini di DTW Jatiluwih marak berdiri restoran dan kafe beririsan dengan pematang sawah yang menjadi view utama kawasan wisata alam itu.
Desas-desus status Warisan Budaya dari UNESCO dicabut pun menyeruak.
“Jadi, kita perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat pentingnya untuk menjaga alam dan budaya.
Karena itu kekuatan Jatiluwih dan bisa mendapatkan status Warisan Budaya dari UNESCO,” ujar Cok Ace seusai menjadi keynote speaker pada acara Temu Budaya Subak 2024 di Universitas Udayana (Unud), Denpasar, Senin (11/11).
Cok Ace mengakui mempertahankan subak bukan perkara mudah melihat hasil yang diperoleh petani jika dibandingkan bekerja di sektor pariwisata, misalnya.
Di DTW Jatiluwih marak berdiri restoran dan kafe beririsan dengan pematang sawah yang menjadi view utama kawasan wisata alam itu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News