DTW Jatiluwih Berubah, Status Warisan Budaya Unesco Terancam, Cok Ace Angkat Bicara

Senin, 11 November 2024 – 20:36 WIB
DTW Jatiluwih Berubah, Status Warisan Budaya Unesco Terancam, Cok Ace Angkat Bicara - JPNN.com Bali
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Tjokorda Oka Artha Sukawati saat jadi keynote speaker pada acara Temu Budaya Subak 2024 di Kampus Unud, Senin (11/11). Foto: Ali Mustofa/JPNN.com

Solusi lain yang ditawarkan mantan Wagub Bali ini adalah menjadikan sektor pertanian di DTW Jatiluwih sebagai wisata atraksi.

“Jadi, pemerintah harus turun, memperkuat SDM masyarakat setempat untuk menghidupkan festival sehingga para turis bisa mendapatkan pengalaman saat berada di sana.

Dari sisi petani, mereka bisa mendapatkan subsidi. Jadi, mereka bisa bertahan dan mau jadi petani,” tutur Cok Ace.

Ketua Unit Subak Bidang Sosial Ekonomi Universitas Udayana Prof Ketut Suamba mengungkap subak basah di Bali tinggal 1.596 hektare dari total luas lahan subak basah dan kering yang mencapai 3.000 hektare.

Sisanya berkembang menjadi subak abian alias tegalan yang banyak terdapat di daerah Buleleng.

“Persoalannya, luas lahan yang dimiliki masing-masing subak mulai berkurang karena alih fungsi lahan. Ini yang harus dikendalikan,” kata Prof Ketut Suamba. (lia/JPNN)

Di DTW Jatiluwih marak berdiri restoran dan kafe beririsan dengan pematang sawah yang menjadi view utama kawasan wisata alam itu.

Redaktur & Reporter : Ali Mustofa

Facebook JPNN.com Bali Twitter JPNN.com Bali Pinterest JPNN.com Bali Linkedin JPNN.com Bali Flipboard JPNN.com Bali Line JPNN.com Bali JPNN.com Bali

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News