Yasonna Laoly Pimpin Delegasi Indonesia di Markas WIPO Jenewa, Ini Sikap Pemerintah
Setelah lebih dari dua dekade pembahasan, kerja keras dan kompromi, akhirnya Konferensi Diplomatik GRATK dapat terselenggara.
LMCs siap untuk terlibat secara konstruktif untuk dapat menyetujui atau menghasilkan sebuah traktat/perjanjian," ujar Yasonna Laoly.
Sebagai pihak yang menginginkan adanya traktat internasional di bidang sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional terkait, LMCs melihat Konferensi Diplomatik GRATK ini sebagai peluang untuk mengatasi ketidakseimbangan sistem kekayaan intelektual secara umum dan sistem paten secara khusus.
LMCs menunggu waktu untuk bisa disepakatinya sebuah traktat internasional yang akan mengatur standar minimum.
Tujuannya untuk meningkatkan transparansi sistem paten dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional terkait.
LMCs juga mengakui pentingnya penghormatan atas hak-hak masyarakat adat (indigenous people) dan komunitas lokal sebagaimana diatur dalam rancangan perjanjian.
LMCs menegaskan bahwa hal tersebut hanya bisa dilakukan melalui pembentukan persyaratan yang bersifat wajib terkait pengungkapan asal sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional (mandatory disclosure requirement) yang disertai dengan sanksi dan ganti rugi yang sesuai.
Menkumham Yasonna turut menyampaikan bahwa Indonesia sejak lama telah mengakui pentingnya perlindungan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional terkait.
Menkumham Yasonna H. Laoly memimpin delegasi Indonesia pada Konferensi Diplomatik tentang Kekayaan Intelektual di markas WIPO Jenewa, ini sikap pemerintah
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News