Budi Daya Kelor di Desa Lokapaksa Buleleng: Berawal tak Mampu Berobat, Omset Puluhan Juta

Untuk daun kelor kering harga per kilogram mencapai Rp 75 ribuan.
Harga tersebut meningkat lantaran untuk 1 kilogram daun kering memerlukan lima sampai enam kilogram daun basah.
Untuk diversifikasi produk, Gusti Sumertana mengolah daun kelor tersebut menjadi beragam produk herbal.
Seperti Serbuk Kelor Original, Kopi Jahe Kelor, Teh Hijau Kelor dengan merek Aji Moringka.
Dalam sebulan omset penjualan mencapai Rp 7,5 sampai Rp 10 Jutaan.
Penjualan saat pandemi sampai sekarang terus mengalami peningkatan, khususnya untuk produk Kopi Jahe Kelor dengan peminat kebanyakan dari Jakarta.
"Selama pandemi tidak seberapa dan kita terus bisa panen dan tidak masalah karena konsumen lebih tertarik atau ramai membeli pada saat pandemi.
Permintaan meningkat bisa sebulan dapat Rp 7,5 juta sampai Rp 10 juta untuk tiga produk ini.
Menilik budi daya pohon kelor di Desa Lokapaksa, Seririt, Buleleng: berawal saat keluarganya tak mampu berobat, omset kini mencapai puluhan juta
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News