Temuan Omicron BA.4 dan BA.5 di Bali Peluang Picu Gelombang Lanjutan
"Dengan adanya kemampuan BA.4 dan BA.5 bisa menyiasati deteksi dari antibodi, baik dari terinfeksi maupun antibodi dari vaksinasi, maka pertumbuhan perkembangan kasusnya di kisaran 12 sampai 13 persen," ujar Dicky Budiman.
Dicky Budiman menegaskan proyeksi pertumbuhan kasus itu berpotensi memicu gelombang dalam hitungan pekan atau bulan, meskipun tidak ada peningkatan keparahan terhadap pasien yang tertular.
Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mendorong otoritas terkait segera melakukan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) menyusul ditemukannya delapan kasus BA.4 dan BA.5 di Bali dan Jakarta.
"Sehubungan peningkatan kasus dalam beberapa hari terakhir ini, maka disebut-sebut tentang kemungkinan peran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5," ucap Prof Tjandra Yoga Aditama.
Secara umum di dunia, kata Tjandra, subvarian BA.2 tetap dominan walaupun terjadi penurunan dari 44 persen menjadi 19 persen berdasarkan laporan mingguan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Yang saat ini meningkat adalah subvarian BA.2.12.1, BA.5, dan BA.4.
Dari ketiga ini, data terakhir menunjukkan subvarian BA.2.12.1 paling banyak ditemui, sudah terdeteksi di 53 negara dan diduga jadi penyebab penting kenaikan kasus.
“Artinya perlu pula dicek mendalam ada tidaknya di Indonesia," paparnya. (antara/lia/jpnn)
Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan temuan Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Bali berpeluang picu gelombang lanjutan
Redaktur & Reporter : Ali Mustofa
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News