Menikmati Suasana Ramadan di Bali: Damai dan Penuh Toleransi

Secara manusiawi, penghargaan saudara-saudara non-Muslim yang penuh toleransi itu sangat menyentuh hati.
Cara menghargai orang berpuasa yang sangat indah bagi kaum minoritas.
Pengalaman toleransi yang lebih indah dikisahkan Ketua LTN NU Kabupaten Badung, Bali, Wandy Abdullah, saat berinteraksi dengan pemeluk Hindu.
Kebetulan, dirinya bekerja di sebuah instansi yang setiap hari berinteraksi dan bersosial dengan saudara-saudara Hindu.
"Suatu ketika saya diajak acara penyucian diri (melukat), porsi saya ikut itu tidak untuk mengikuti ritualnya, tetapi untuk mendokumentasi dan untuk kekompakan," kata Wandy Abdullah dilansir dari laman Aswaja Deata.
Namun, tiba-tiba jam berubah dari rencana di awal lantaran ada perubahan menuju lokasi pukul 18.30 WITA.
Wandy mulai gelisah karena waktu itu (18.30) bersamaan dengan waktu salat Magrib juga, sedangkan perjalanan kurang lebih 1-2 jam ke lokasi.
"Maaf, pak. Saya mohon izin tidak bisa ikut, karena pukul 18.50, saya punya kewajiban salat, sedang rencana berangkat ke lokasi penyucian pukul 18.30.
Suasana Ramadan di Bali begitu terasa meski berada di wilayah minoritas muslim, damai dan penuh toleransi
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News