Budi Daya Salak Bali Jadi Warisan Pertanian Dunia Versi FAO, Ini Alasannya
Hal itu menunjukkan efisiensi sumber daya yang sangat tinggi dan menjadi salah satu alasan mengapa sistem ini dinilai sangat berkelanjutan oleh FAO.
"Masyarakat Bali juga mengintegrasikan sistem agroforestri dengan tanaman mangga, pisang dan tanaman obat sehingga mampu memperluas diversifikasi tanaman," ujar Moch Arief Cahyono dilansir dari Antara.
Versi FAO, agroforestri di Bali mampu mengintegrasikan budidaya buah salak yang dikenal juga sebagai snake fruit karena kulitnya yang menyerupai kulit ular dengan beragam tanaman.
Sistem ini dikembangkan masyarakat adat bali dengan menggunakan sistem subak tradisional dalam pengelolaan air.
Hebatnya, sistem ini mampu menunjukkan keamanan pangan serta menjaga nilai-nilai sosial dan warisan budaya lokal dan bahkan mampu memiliki tingkat keberlanjutan yang sangat baik untuk generasi mendatang.
"Pertanian kita memiliki ragam komoditas yang kalau kita kembangkan mampu memiliki aspek lain seperti peningkatan ekonomi, daya saing dan yang pasti warisan sejarah yang terus dijaga," tuturnya. (antara/lia/JPNN)
Food and Agriculture Organization (FAO) atau Badan Pangan Dunia menetapkan sistem budi daya salak bali sebagai warisan pertanian dunia.
Redaktur & Reporter : Ali Mustofa
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News