Pasar Industri Film Besar, Bali Merasakan Dampak Eat, Pray and Love

Selasa, 04 Juni 2024 – 20:25 WIB
Pasar Industri Film Besar, Bali Merasakan Dampak Eat, Pray and Love - JPNN.com Bali
Pelaku usaha ekonomi kreatif yang tergabung di Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bali Agus Maha Usadha memberi pemaparan di ajang Bali Film Forum di Hotel Intercontinental Sanur. Foto: Balinale 2024 for JPNN

Studio yang berkedudukan di Wellington, ibukota Selandia Baru, saat ini dipercaya studio-studio besar untuk pekerjaan digital visual efek film-film Hollywood.

Weta Digital adalah contoh bagaimana menyatukan kemampuan kreatif individu menjadi raksasa industri dengan tenaga kreatif berkelas dunia.  

Produser dari rumah produksi Starvision Reza Servia mengatakan sebagai pelaku bisnis film, sudah membaca peluang memperluas pasar produksi film-filmnya.

“Social connection dan cross culture dalam satu produksi yang menjadikan produksi film bisa diterima oleh pasar yang lebih luas,” ujar Reza Servia.

Menurutnya, OTT (Over the Top atau kanal streaming) sesungguhnya merupakan bentuk ujian penerimaan produk film di pasar global.

Oleh karena itu, melalui film The Architecture of Love (2024) maupun Critical Eleven (2017), Starvision melakukan usaha memperluas pasar filmnya.

Faktor memperluas pasar, memaksimalkan kemampuan sumber daya, mencari bentuk kerja sama produksi, relasi sosial dalam cerita, secara keseluruhan merupakan upaya memperluas pasar dan bisnis industri perfilman. (lia/JPNN)

Pasar industri film besar, berdasar data Price Water House dan LPEM FE Universitas Indonesia tembus Rp 90 triliun, Bali merasakan dampak Eat, Pray and Love

Redaktur & Reporter : Ali Mustofa

Facebook JPNN.com Bali Twitter JPNN.com Bali Pinterest JPNN.com Bali Linkedin JPNN.com Bali Flipboard JPNN.com Bali Line JPNN.com Bali JPNN.com Bali

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News