Indeks Kesehatan Laut Bali Kurang Menggembirakan, Wisata Bahari Terancam
Permana Yudiarso mengatakan tantangan BPSPL Denpasar adalah mewujudkan 90 persen sisanya untuk bekerja bersama meningkatkan indeks kesehatan laut yang diperbaharui lima tahun sekali, yang terakhir diluncurkan 2018 lalu.
Menurut Permana, evaluasinya dari tahun ke tahun, terdapat peningkatan kesehatan terumbu karang di kawasan konservasi, tetapi angkanya tak baik, seperti salah satunya di Nusa Penida.
“Nilai peningkatan perbaikannya tidak bagus.
Jadi, kalau dari 100 persen terumbu karang itu ada sekitar 70 persen yang bagus, jangan sampai ada kegiatan yang merusak, makanya setiap tahun ada 13 titik pemantauan,” kata Permana.
Permana mendukung Pemprov Bali untuk mewujudkan pariwisata berkualitas, bukan mass tourism, tetapi spesifik khususnya untuk lingkungan laut, dan sudah mulai ada perbaikan setelah Covid-19.
Menurutnya, selain pariwisata, yang menjadi subjek pendukung kesehatan laut adalah masyarakat, di mana saat ini sekitar 200 kelompok masyarakat pengawas di Bali telah terbentuk, seperti di Kabupaten Buleleng dan Klungkung.
Permana menjelaskan bahwa kelompok masyarakat tersebut akan aktif memantau dan melaporkan kondisi serta aktivitas yang berkaitan dengan kerusakan terumbu karang atau kematian hewan laut yang mengganggu kesehatan laut Bali. (lia/JPNN)
Indeks kesehatan laut Bali masih kurang menggembirakan, wisata bahari terancam jika tidak ada upaya konservasi
Redaktur & Reporter : Ali Mustofa
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News