Harga Beras di Bali Kelewat Mahal, Konsumen Mengeluh, Distan Pangan Merespons

“Kekhawatiran saya adalah kalau harganya terus murah petani kita akan lari.
Siapa yang akan menjadi petani kalau berasnya terus menurun?
Kalau naik sedikit kan yang penting bisa dijangkau. Ini tidak akan naik terus sebentar lagi kan panen raya,” kata Kadistan Pangan Bali Wayan Sunada.
Kadistan Pangan Bali menjelaskan bahwa biaya produksi petani di hulu meningkat mulai dari harga pupuk, pestisida, biaya tenaga, hingga distribusi.
Oleh karena itu, pemerintah daerah membantu petani dengan menyesuaikan harga saat ini, bukan karena ada permainan di lapangan atau stok menipis.
“Kalau harganya murah petani kita rugi dong, bagaimana kita bisa meningkatkan NTP (Nilai Tukar Petani), harus kita mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan tolak ukurnya adalah NTP,” ujar Kadistan Pangan Bali.
“Sekarang kan nilai tukar petaninya di atas 100 mereka sudah bisa menikmati hasilnya.
Kalau di bawah itu, petani tidak dapat apa-apa, tidak pak-pok (impas) dia,” imbuh Kadistan Pangan Bali.
Harga beras di Bali kelewat mahal, konsumen mengeluh, Distan Pangan Bali merespons bahwa ini untuk kepentingan petani
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Bali di Google News